Sabtu, 18 Desember 2010

Segelas Cangkir Juanda

penuh sesak orang yang menunggu pesanan sebuah cangkir kopi. kenapa tempat yang jauh dari kata nyaman secara fisik begitu ramai di kunjungi? apakah karena sebuah sugesti? tentu tidak. banyak  yang akan ditemui disana. penjual barang bekas, penjual hp yang sedang istirahat, ataukah "sule" yang pertama kali saya jumpai berdandan dengan pakaian yang selalu sama, tak kunjung ganti. atau "rasta" yang pertama kali datang dengan clana "mlorot" dan tak berbaju. semua orang ada disana, guru, dosen, penggangguran, pegawai kantor, atau bahkan mahasiswa seperti saya. memang kopi disana begitu ngena dan gak kalah rasa dengan cafe kopi laen yang berdiri megah di sepanjang jalan sang proklamator di kota saya.
untuk pertama kalinya saya datang saya merasa tak nyaman. ngopi di pinggir jalan dengan debu-debu yang berterbangan. namun semua yang duduk disamping saya merasa biasa saja. tak ada rasa yang sama terlihat dari wajah mereka dengan apa yang ada dalam hati saya. lambat laun setelah saya sering kesana barulah sadar kenapa disana sungguh mengasyikkan. banyak cerita tentang kerasnya hidup yang saya peroleh. membuat saya menjadi betah atau mau datang lagi. banyak teman yang akan datang disana dan  akan menjadi sodara satu cangkir. hahaha. senangnya dalam hati saat disana. KOPI CANGKIR JUANDA.